Tulisan ini sebenarnya hanya timbul dari buah keisengan dari penulis, jadi nanti para pembaca dimohon jangan marah, mangkel atau menggrundel apabila ada pernyataan dari penulis yang dirasa kurang tepat menurut hemat para pembaca.
Tulisan ini hanya sekedar hasil gotak-gatik-gatuk, sesuatu yang mungkin tidak pas atau kurang tepat tapi berusaha ditepat-tepatkan, jadi sekali lagi jangan dimasukkan kedalam hati.
Penulis bukanlah seorang dalang dan bukan pula pakar pewayangan, penulis hanyalah sekedar penikmat dan penggemar cerita wayang. Bila nanti ada kekeliruan dan kesalahan dalam penafsiran cerita dan tokoh dari wayang mohon kiranya dimaafkan.
Menurut hemat penulis ada sedikit kemiripan antara kisah para presiden Republik Indonesia dengan beberapa kisah-kisah dalam pewayangan. Dan untuk menyingkat kata dan kalimat berikut ini akan penulis uraikan satu persatu, mulai presiden pertama Republik Indonesia.
1.Kisah presiden Soekarno.
Menurut analisa atau lebih tepatnya penerawangan penulis kisah perjalanan presiden Soekarno sedikit mirip dengan kisah wayang Laire Wisanggeni. Soekarno ketika menjadi presiden RI berusia 44 tahun, termasuk umur yang sangat muda untuk ukuran seorang presiden yang memimpin sebuah negara besar seperti Indonesia ini. Beliau muda, cerdas dan pemberani mirip seperti tokoh wayang Wisanggeni yang juga digambarkan sebagai seorang bocah yang cerdas, sakti dan pemberani.
Kelahiran Wisanggeni sesungguhnya sangat tidak diharapkan oleh para dewa-dewa penghuni Kahyangan, oleh karena itu sejak orok bayi Wisanggeni dirampas dari ibu kandungya (Dewi Destanala) lalu dibuang ke dalam kawah Candradimuka supaya mati tanpa bekas. (Kalo jaman sekarang mungkin akan dimasukan ke dalam selokan, tong sampah atau tempat pembuangan akhir).
Dan celakanya si orok Wisanggeni ini ternyata tidak mati malah sebaliknya menjelma menjadi seorang bocah yang sakti Mandraguna. Kemudian dengan gagah berani muncul dan mengobrak-abrik status quo dewa-dewa penghuni Kahyangan.
Demikian halnya dengan kelahiran (kemerdekaan) Indonesia yang juga berusaha dihalang-halangi oleh kekuatan-kekuatan asing yang pernah menjajah Indonesia yakni Belanda dan Jepang. Namun nyatanya Indonesia muda yang dipimpin oleh seorang presiden yang juga masih muda, berani melawan dengan gagah berani terhadap kekuatan-kekuatan asing tersebut.
Tiga bulan setelah lahir (merdeka) Indonesia sudah berani mengusir dan membuat kocar-kacir pasukan sekutu yang mendarat di Surabaya. Kemudian pada tahun 1948, agresi militer Belanda berhasil dikalahkan melaui strategi perang gerilya. Tahun 1955, Indonesia mampu menjadi tuan rumah Konferensi Asia-Afrika, yang bertujuan menggalang kekuatan negara-negara dunia ketiga sebagai poros penyeimbang negara-negara Blok Barat dan Blok Timur. Tahun 1961 s/d 1963, melalui Operasi Tri Kora yang heroik Papua Barat berhasil direbut dan Belandapun lari tunggang langgang.
Dewa-dewa dunia saat itu yakni Amerika Serikat dan Uni Sovyet dibikin takjub dan terkagum-kagum melihat sepak terjang Indonesia yang dipimpin oleh seorang presiden yang cerdas, visioner dan pemberani dalam diri Soekarno. Tak salah kiranya jika bung Karno benar-benar menjadi salah satu ikon pemimpin dunia pada saat itu.
2. Kisah presiden Soeharto.
Soeharto adalah seorang presiden yang Jawa dan njawani serta berusaha teguh memegang prinsip-prinsip filosofi Jawa. Beliau berupaya memposisikan dirinya seperti tokoh Semar dalam pewayangan, seorang tokoh kawula (batur atau pembantu) namun berkualitas laksana dewa. Sebagai layaknya tokoh Semar, beliau berkeinginan menjadikan dirinya seperti Manusia setengah dewa, yang artinya adalah sabda pandita ratu, segala titah dan ucapannya harus menjadi hukum atau undang-undang negara.
Dan untuk lebih mencitrakan dirinya seperti tokoh Semar, maka lakon wayang Semar Mbangun Kahyangan menjadi cerita wayang yang laris manis di era Orde Baru. Hampir tiap minggu dilayar kaca televisi ditayangkan tentang cerita tersebut, bahkan tak jarang cerita Semar Mbangun Kahyangan inipun digelar di Istana Negara.
Beliau mengibaratkan dirinya sebagai Semar yang sedang membangun Negeri (Indonesia) sehingga menjadi seperti Kahyangan. Maka gelar bapak pembangunan dengan gencarnya di promosikan keseluruh pelosok negara melalui media public seperti televisi, radio maupun koran.
Namun sayangnya Negeri Kahyangan seperti yang dicita-citakan oleh Soeharto tersebut hanyalah sebuah Khayalan alias mimpi kosong belaka. Bukan kemakmuran yang diperoleh melainkan kebangkrutan disertai hutang luar negeri yang bertumpuk-tumpuk untuk selanjutnya menjadi warisan bagi generasi berikutnya.
3. Kisah presiden Baharudin Jusuf Habibie.
Periode kepemimpinan presiden Habibie adalah masa transisional Indonesia menuju Era Reformasi. Euphoria politik demikian dahsyatnya mengguncang Indonesia setelah hampir selama 32 tahun dibungkam dan dikebiri. Jagoan-jagoan politik bermunculan bagai jamur dimusim penghujan. Tokoh-tokoh masyarakat yang dahulunya ditindas dan dikekang oleh rejim Orde Baru, seperti Gus Dur, Megawati dan lain-lain mulai bermunculan ke ranah public.
Pada periode Habibie ini (meskipun barangkali kurang pas) maka cerita wayang yang mirip adalah kisah Kangsa Adu Jago.
Habibie yang kurang populis dan sangat rendah dukungan politiknya, akhirnya harus memilih mundur dari pencalonan (untuk periode selanjutnya) dan hanya kebagian peran sebagai pengelus Jago (King Maker) yang diharapkan tepat untuk memimpin Indonesia diperiode berikutnya. (Menurut pengakuan beliau ketika diwawancarai di Metro TV, bahwa beliau telah menetapkan 10 nama sebagai calon presiden penggantinya)
Kisah Habibie ini sedikit mirip dengan kisah Prabu Kangsa yang mengundang serta mengumpulkan jago-jago dunia pewayangan untuk kemudian diadu dan dipilih menjadi jagoan paling sakti.
4. Kisah presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Gus Dur, barangkali akan menjadi tokoh presiden yang paling unik dan kontroversial yang pernah ada dalam sejarah bangsa Indonesia. Beliau adalah seorang tokoh Kyai, Ulama, Budayawan sekaligus Politikus yang cukup berpengaruh di Indonesia.
Meskipun ada sedikit hambatan pada masalah kesehatannya, namun diluar dugaan beliau mampu muncul dan menjadi presiden Indonesia. Memimpin Indonesia dalam fase awal Orde Reformasi, dimana kondisi Indonesia diibaratkan seperti dalam suluk pewayangan Bumi Gonjang-Ganjing Langit Kelap-Kelap Katon.
Kharakter beliau yang humoris, humanis, pluralis serta merakyat, menjadikan lembaga negara yang bernama presiden menjadi tidak lagi sakral dan menakutkan. Istana Negara berubah seperti layaknya Istana Rakyat. Semua protokoler kenegaraan yang ribet dan bertele-tele diubah menjadi lebih sederhana dan longgar.
Beberapa maneuver politik yang dilakukan oleh beliau seringkali bertabrakan dengan pakem perpolitikan yang baku, sehingga huru-hara politik di Indonesiapun menjadi semakin seru dan mengharu biru. Perselisihannya dengan Dewan Perwakilan Rakyat, yang disebutnya sebagai Taman Kanak-Kanak, membuatnya kehilangan dukungan politik dari lembaga negara tersebut. Dan dampaknya beliaupun di impeach dan dilengserkan dari kursi kepresidenan.
Dengan mempertimbangkan keunikan, kenyentrikan dan kenylenehan beliau, maka tak salah kiranya bahwa cerita wayang yang paling mirip adalah kisah Petruk Dadi Ratu.
5. Kisah presiden Megawati Soekarno Putri.
Sangat sulit sebenarnya mencari padanan kisah pewayangan yang mirip dengan kisah presiden Megawati. Tetapi setelah sedikit melakukan improvisasi melaui ilmu gotak-gatik-gatuk seperti tersebut diawal tulisan, maka setidak-tidaknya ada kisah yang mirip dengan kisah presiden Megawati, yakni kisah tentang Dewi Sinta Obong.
Cerita Dewi Sinta Obong, merupakan bagian akhir dari kisah Ramayana. Sebagaimana diceritakan, bahwa setelah berhasil dibebaskan dari penculikan Rahwana, ternyata timbul syak wasangka di dalam hati Prabu Rama Wijaya tentang kesucian Dewi Sinta.
Prabu Rama Wijaya menuduh bahwa Dewi Sinta telah terjamah dan ternoda kesuciannya oleh tangan jahil Rahwana. Maka dari itu untuk membuktikan bahwa dirinya masih suci dan belum ternoda oleh Rahwana, Dewi Sinta melakukan upacara obong (membakar diri). Bila dirinya hangus terbakar dalam api berarti terbukti bahwa kesuciannya telah ternoda, dan bila sebaliknya dia tidak terbakar maka terbukti bahwa dia masih suci.
Megawati demi membuktikan kesungguhannya membangun Indonesia dan melepaskan Indonesia dari jerat hutang piutang luar negeri yang menumpuk, beliau dengan gagah berani juga melakukan upacara obong.
Kalau Dewi Sinta melakukan upacara obongnya dengan cara membakar diri, maka Megawati melakukan upacara obongnya dengan cara mengobong (baca: menjual) aset-aset milik negara keluar negeri. Sehingga tak mengherankan bila banyak sekali aset-aset milik negara baik yang berupa perusahaan BUMN, maupun aset-aset yang lainnya (Pertambangan, Kapal Tanker, Gas Bumi dll) yang jatuh ke tangan investor asing.
6. Kisah presiden Soesilo Bambang Yudoyono.
Presiden Indonesia yang sekarang sedang menjabat ini, menurut banyak pengamat politik (sekali lagi menurut para pengamat politik dan bukan menurut pandangan penulis) adalah presiden yang gemar akan pencitraan. Lebih mengedepankan hal-hal yang bertujuan mengatrol citra dan tingkat kepopulerannya.
Di periode pertama pemerintahannya memang terkesan bahwa beliau ini cukup commit untuk memback up penegakan supremasi hukum di Indonesia, tak salah bila KPK menjadi lembaga yang demikian garang melibas praktek-praktek korupsi di Indonesia tanpa pandang bulu, bahkan beliaupun merelakan besannya menjadi pesakitan di tangan KPK.
Namun dikurun kedua kepemimpinannya justeru banyak sekali kebijakan yang dimunculkan oleh beliau yang bersifat bias dan tidak tepat sasaran. Meskipun beliau berupaya agar terkesan tegas, uncompromised dan lugas terutama menyangkut kebijakan-kebijakan dibidang penegakan supremasi hukum (law enforcement) namun nyatanya yang terjadi adalah sebaliknya, kebijakan yang dimunculkannya malah terkesan memble dan lemah.
Banyak kasus semacam Lumpur Lapindo Gate, Century Gate, Gayus & Mafia Perpajakan Gate dan lain-lain akhirnya menjadi menguap dan hilang akibat kekurang tegasan beliau.
Demikian pula dibidang ekonomi, program-program seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai), pembagian sembako gratis dll, beliau munculkan agar terkesan ada kepedulian pemerintah terhadap rakyat kecil. Tetapi hal-hal pokok dan mendasar seperti program peningkatan kekuatan ekonomi kerakyatan dan swasembada pangan malah tidak tersentuh.
Di bidang politik luar negeri apalagi, semakin terlihat jelas bahwa Indonesia benar-benar semakin lemah dan tidak diperhitungkan dalam percaturan politik Internasional di era kepemimpinan beliau ini.
Dan setelah memilih-milih kisah wayang yang paling pas, maka penulis menyimpulkan (barangkali) yang paling mirip dengan kisah kepemimpinan beliau adalah kisah Bambangan Cakil.
Sebagaimana dalam kisah Bambangan Cakil, sang Cakil selalu bermain dengan indah dan mempesona di awal cerita, dengan gerakan-gerakan tarinya yang eksentrik, dinamis dan enerjik, sang Cakil mampu memukau dan menghinoptis para penontonnya.
Namun sayangnya pada saat sang Arjuna telah muncul dan bertarung dengannya, sang Cakilpun akhirnya harus mati tertikam oleh kerisnya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan anda meninggalkan komentar dengan menjunjung tinggi nilai etika dan kesopanan.... terimakasih atas partisipasi dan kunjungan anda....
salam korsa,