Waspadai, Kejahatan Lewat Telepon!
Oleh : Ekmal Muhammad
Seorang teman, pagi ini mengabarkan terpaksa mengganti nomer telepon. “Ri, kena hipnotis lewat hape Bang! Dua hari nggak sadar. 10 juta berpindah tangan. Sudah Lapor ke polisi, tapi tak ditanggapi karena dianggap tak cukup bukti dan susah melakukan pelacakan. Tolong kabari yang lain, agar lebih berhati-hati.” demikian tulisnya melalui private message di Facebook.
Setelah membalas pesan itu dengan ucapan belasungkawa dan agar lebih sabar juga ikhlas, saya kemudian merenung. Teringat pada peristiwa dua tahun silam. Peristiwa serupa tapi tak sama ini terjadi di Bank Mandiri Kampung baru, Medan.
Pagi itu, saya ikut antre untuk mengeprint buku tabungan yang sudah empat bulan tak pernah dicoret-coret printer bank. Saat ikut antrean itu, tiba-tiba seorang ibu berusia 40 tahunan masuk dan meminta tolong security. Suaranya lemas, wajahnya pun nampak khawatir. “Pak, saya barusan mentransfer uang ke rekening yang tak saya kenal dari ATM di luar. Apa bisa dibatalkan Pak?”
“Aduh, pasti Ibu kena tipu! Tapi ayo kita check ke Custumer Service,”katanya sambil menuntun Ibu yang gelisah itu ke salah satu meja CS. Sayangnya meski pegawai CS sudah membantu, Ibu itu tetap kehilangan uangnya. Limabelas juta rupiah berpindah rekening dalam tempo 10 menit. Lesap!
Ibu paruh baya yang menjadi korban itu, mengaku tak sadar saat melakukan step by step proses transfer ke rekening tersangka. “Saya melakukannya tanpa kesadaran”. Tersangka menghipnotis korban, lewat iming-iming hadiah berkedok undian salah satu penyedia layanan komunikasi seluler .
Cerita penipuan via telepon dengan versi lain juga hampir menimpa teman sekantor saya. Kali ini modusnya lebih rapi. “Dia berpura-pura kenal aku” kata teman yang bertugas di departemen Teknik itu.
Berpura-pura kenal! Nah itulah modusnya. Tapi sebenarnya jika kita jeli, tersangka sebenarnya sama sekali tidak kenal korban. Saat menelpon , tersangka akan membuka percakapan seakrab mungkin dengan mangsanya. “ Gimana kabarmu. Alaaaahh masak gak kenal aku? Kawan SMAmu dulu.Bla bla bla”
Secara psikologis, korban tentu merasa akrab dan terjebak untuk tidak berlaku sombong. Namun sayangnya setiap ditanya identitas tersangka, pasti tersangka ngeles dengan kiat, “Tebaklah…masak kawan sendiri lupa. Katanya sobat. Katanya sahabat! Bla bla bla”
Saat sudah terjebak seperti ini, Tersangka pun mulai minta tolong ke korban. ,”Udahlah nanti kita kenalannya lagi, habis kau sombong kali. Aku lagi butuh bantuanmu nih. Tolonglah transfer pulsa ke nomerku ini. Soalnya aku masih di luar kota nih, butuh banget…nanti kuganti!”
Singkat cerita, teman saya tadi tak jadi mengirim pulsa. Karena sadar hampir tertipu. Tapi sadarnya pun setelah 10 menitan mematikan komunikasi dengan tersangka yang berpura-pura jadi teman. Memang yang diminta cuma pulsa, tapi modus seperti ini bisa lebih berbahaya jika di-create sedemikian rupa oleh penipu ulung.
Jebakan Kabar Duka
Para penipu memang amat kreatif! Tak cukup memanfaatkan kabar gembira, mereka kini juga memaksimalkan daya tembus tipu menipu lewat kabar duka. Jika menerima kabar kematian, kabar kecelakaan, kabar sekarat di rumah sakit, kabar kebakaran, kabar pencurian mohon jangan langsung shock! Tetap tunda tangis juga sekali lagi tunda pingsan anda…
Orangtua saya pernah mengalami kejadian ini. Kejadiannya sekitar setahun silam, ketika suatu siang Ibu menerima telepon dari seorang tak dikenal. “Anak ibu kecelakaan, dan sekarang sekarat di UGD “ demikian jurus pamungkas tersangka yang mengaku sebagai dokter sebuah rumahsakit.
Ibu mana yang nggak down dengan kabar seperti itu? Begitu juga dengan ibu saya, dia langsung menangis dan menangis. Tak bisa berpikir jernih. Pikiran hanya satu, “Segera ke rumahsakit dan menyelamatkan nyawa anaknya!”
Nah, hati-hatilah karena memang itulah jebakan maut yang ingin diciptakan si penipu. Begitu tahu korban lemah, penipu langsung memasukkan racunnya. “Nyawanya kritis, harus segera dioperasi. Jika ibu bisa transfer dana operasi secepatnya, masih ada harapan untuk menyelamatkan jiwanya! Bla bla bla”
Oya, penipuan ini sebenarnya sangat terencana. Sebelum menelpon Ibu saya, penipu juga menghubungi nomer saya juga adik yang tinggal sekota (kami berbeda kota dengan orangtua). Tersangka ulung ini mengaku dari Direktorat Narkoba Polda Sumatera Utara. “Maaf pak, nomer bapak sudah disalahgunakan oleh bandar narkoba. Tolong dimatikan selama lima menitan. Karena kita berusaha sedang menjebak tersangka.” Saya yang merasa perlu membantu memenuhi permintaan itu. (Tapi sejak peristiwa ini, saya jadi selalu skeptis dan bertanya lebih detil)
Apa tujuannya? Penipu sudah memperkirakan orangtua saya akan mengecheck ke nomer saya dan adik untuk mengetahui kebenaran kabar dari dokter gadungan itu. Karena kedua nomer anaknya tak aktif oleh ulah penip u, tentu orangtua saya semakin yakin dengan kejadian tersebut.
Apa orangtua saya yang sudah lemas dan sudah mencari-cari ambulance untuk membawa jenazah saya itu akhirnya tertipu? Lalu menyetor 20 juta yang diminta untuk keperluan operasi anaknya? Oo, ternyata tidak saudara-saudara.
Ibu Bapak saya, ternyata belum putus asa untuk mencari kepastian. Mereka lalu mencoba menghubungi nomer lain milik adik saya. Nomer yang memang khusus bagi keluarga dan orang-orang dekat. Dan…masuk!
Singkat cerita, saya yang punya nomer hape sekunder juga dihubungi adik dan orangtua. “Kondisi Ekmal baik-baik aja. Bla bla bla”. Dan berakhirlah upaya penipuan yang sangat-sangat rapi itu. Sampai sekarang kuat dugaan upaya penipuan ini, dilakukan oleh orang-orang yang bekerja untuk perusahaan kartu kredit atau Kredit tanpa agunan.
Mengapa? Karena semua nomer yang dihubungi adalah nomer-nomer yang pernah saya cantumkan saat mengisi formulir aplikasi kartu kredit. Dengan sistem tenaga outsourching yang rawan PHK di perusahaan kartu kredit saat ini, peluang penyalahgunaan formulir nasabah oleh tenaga marketing itu sangat mungkin terjadi.
Begitulah, kawan-kawan. Semoga semua peristiwa di atas dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Waspadalah! Waspadalah! Kenali modus operandi agar terhindar dari kejahatan.
****
Tips Lolos Dari Kejahatan Telepon Versi Ekmal Muhammad
Jangan Kompromi Dengan Nomer Tak Dikenal
Handphone adalah wilayah private kita. Karena itu bersikap tegaslah terhadap nomer-nomer tak dikenal. Tegaskan dalam hati, “Jangan pernah accept nomer-nomer tak dikenal!”. Kecuali memang anda menggunakannya untuk bisnis via iklan di media-media. Kalau memang dianggap penting untuk diaccept, tetap berhati-hati dan curiga.
Jangan mudah “Tinggi” dengan Iming-iming hadiah
Dapat hadiah mobil atau uang sekian puluh juta, siapa yang tak senang. Tapi jangan terlalu cepat “tinggi” atau melayang setinggi awan jika anda menerima kabar durian runtuh seperti ini. Sebaiknya, segera check dan recheck ingatan anda, “Ehhh, emang aku ikutan kuis atau event ini?” . Berpikir semenit, dua menit bahkan bermenit-menit tentu lebih baik daripada terbuai hadiah yang belum jelas itu.
Jangan langsung down dengan kabar buruk
Kebalikan dari kabar gembira, ternyata kabar duka secara psikologis juga mampu membuat manusia berpikir pendek alias tak jernih. Kabar duka sangat tangguh menjebol rasionalitas manusia. Apapun akan dilakukan jika menerima kabar duka, entah anaknya sekarat. Orang yang dicintai kecelakaan dan sejenisnya. Sekali lagi, jika menerima kabar jenis ini via telepon tetaplah anda berhati-hati. Tunda tangisan bahkan pingsan anda. Segera check ke orang-orang terdekat , check ke nomer hape pribadi lainnya. Pastikan! Pastikan! Pastikan!
Tetap miliki nomer-nomer pribadi!
Punya privacy di zaman gila seperti ini merupakan keharusan. Begitu juga dengan handphone. Sebaiknya anda tetap mempunyai nomer private, yang hanya diketahui keluarga dan orang-orang dekat. “Jalur samping” begitu orang Medan sering mengistilahkan nomer private ini. Urusan kerja, Urusan bank atau urusan publik lain , maaf-maaf saja tak bisa lewat jalur ini. Meski nampaknya berlebihan, tapi percayalah cara ini sangat bermanfaat.
Berpikir Jernih dan selalu berdoa
Zaman semakin modern, peralatan komunikasi kian canggih. Tapi sayangnya kejahatan juga semakin maju. Bahkan kemajuannya sering lebih pesat dibanding penegak hukum. Nah, supaya gak tergilas efek negatif kemajuan teknologi, sebaiknya anda tetap mempertahankan semangat berpikir jernih dan selalu berdoa. Berpikir dan berdoa! Semoga anda selamat….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan anda meninggalkan komentar dengan menjunjung tinggi nilai etika dan kesopanan.... terimakasih atas partisipasi dan kunjungan anda.... salam korsa,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan anda meninggalkan komentar dengan menjunjung tinggi nilai etika dan kesopanan.... terimakasih atas partisipasi dan kunjungan anda....
salam korsa,